Kamis, 31 Maret 2011

"Dia pacarku, kakak mantan pacarku??"

Di sebuah kota besar yang terkenal dengan sebutan kota pelajar, Yogyakart tempat terkumpulnya orang-orang yang ingin meniba ilmu pendidikan .Seperti aku mencari ilmu jauh dari pantauan orang tua yang mana aku harus hidup mandiri dikota sebesar Jogja ini. Telah kulalui hampir satu setengah tahun hidup dikota yang terkenal dengan kebudayaan Jawanya yang kental. Aku bersekolah  disebuah sekolah SMA swasta didaerah sleman. Tanpa kenal siapapun, tak ada kawan lama ataupun kawan sepermainan sedaerah dengan tempat asalku dikota lumpia, Semarang. Adik kelas dan kakak kelas pun tak ada yang aku kenal. Semuanya adalah teman yang benar-benar baru aku kenal. Sebagai anak kost aku harus bisa menjaga diriku dengan sebaik-baiknya dari pergaulan yang sangat bebas seperti zaman sekarang.
Sekarang aku siswa kelas XI dan akan segera naik kelas XII dalam waktu 3 bulan ini. Kelas terakhir yang akan menjadi penutup masa-masa sekolahku di SMA. Kata sebagian orang masa-masa paling indah adalah masa-masa disekolah, tapi mitos itu belum aku rasakan selama ini. Dalam hal percintaan remaja aku sangat minim pengalaman, bukan berarti tidak laku atau terlalu cupu tapi aku memang menunggu seseorang yang aku kagum-kagumi dari dulu. Seorang laki-laki yang menurutku memang sangat sempurna untukku, perhatiannya, sikapnya yang sangat baik dan sopan , ditambah lagi wajahnya yang sangat tampan. Dia bernama Fahri. Laki-laki yang memang aku kagumi dari aku masih duduk diSD. Ya,.. itu dia yang namanya cinta monyet. Dia adalah orang yang sangat berperan penting selama aku tinggal diJogja. Dia hidup seperti aku, merantau dari kota asalnya di Semarang. Dia kuliah di Universitas Gajah Mada fakultas teknik sipil. Dia adalah salah satu semangat hidupku selama aku beradu nasib di Jogja.
“Mas Fahri….” Sapaku tiap harinya.
“Ya Veli….” Jawabnya memanggil nama akrabku.
“Mas nanti kamu ada acara? Ada film terbaru yang ingin aku tonton , tapi aku biggung mau nonton sama siapa? Mas Fahri bisa? Jam 2 atau jam 3 habis aku plang sekolah? Gimana?” Tanyaku panjang lebar sambil memandang kedua bola matanya yang bersinar indah seolah sinarnya hanya untuk aku.
“Gimana ya Vel? Kayaknya aku ada janji sama teman kuliahku? Maaf ya, kapan-kapan aja klo ada film yang baru dari Tom Cruise actor kesayangan kamu aja nanti, kan filmnya mau rilis bulan depan?” jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.   
“Oh,… ya dah gak papa koq, besok aja, tapi bener loh mas??” Jawabku merayu manja.
“Insyaallah ,… aku berangkat kuliah dulu ya, sampai ketemu nanti.” Jawabnya dengan tergesa-gesa.
“Ya mas ati-ati dijalan ya…..” jawabku dengan memberi senyum terindahku untuknya.
Kostku memang dekat dengan kostnya jadi kita bisa berjumpa hampir setiap saat. Dia setauku jarang menjalin cinta dengan banyak perempuan. Jadi besar harapanku untuk bisa memilikinya. Disetiap saat aku bertegur sapa dengannya jantungku berdetak kencang seperti deburan ombak. Rasa nyaman yang aku rasakan saat di dekatnya. Setiap aku jalan dengannya terasa sekali dia selalu menjagaku dengan amat baik.
Hari senin, hari dimana jadwal acara disekolah padat banget. Tidak hanya acara hari ini yang padat jalan pun ikut padat merayam seakan menunda-nunda waktuku untuk berangkat sekolah. Dalam padatnya kendaraan aku melihat wajah tampan Fahri dengan senyumnya yang khas. Tapi ada sesuatu yang jangal dan buat aku tak percaya. Dia nganterin seorang cewe yang gak pernah aku lihat sebelumnya. Sesosok wanita yang seumurannya. Aku tidak melihat muka cewe itu. Yang pasti hatiku hancur seketika waktu itu juga. Apa yang sudah terjadi? Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Tidak tertahan lagi air mataku jatuh juga. Orang yang aku tunggu yang aku kaumi tak juga hatinya aku miliki. Aku hancur dan terluka, luka ini mengores begitu dalam.
Aku pulang sekolah dengan mata bengkak yang membuat teman-temanku heran atas sikapku hari ini. Aku bertemu dengan Fahri didepan kostku sambil tersenyum dan dengan tiba-tiba iya terpaku melihat aku menangis.
“Kamu kenapa Vel? Ada apa? Kamu nangis? Tanyanya heran.
“Tadi kamu sama siapa mas?? Itu pacar kamu mas? Kamu koq gak pernah bilang sama aku?” tanyaku tersedu.
“Hem ,…itu teman perempuanku, iya aku sedang dekat sama dia.” Jawabnya lirih.
“Mas, kamu…kamu…” Tak mampu lagi aku meneruskan kata-kataku.
Akupun meninggalkannya didepan kostku. Tanpa berfikir panjang aku membereskan semua pakaianku dan berniat untuk pindah dari kostku yang lama. Kost itu banyak menyimpan semua kenanganku dengan Fahri. Fahri pulalah yang mencarikan kost itu untukku.
Tiga jam kemudian aku berpamitann dengannya tanpa mengungkapkan alasanku untuk pindah kost yang lain. Sebenarnya Fahri tau apa isi hatiku. Tapi aku tidak pernah tau apa yang sesungguhnya dia rasakan kepadaku. Kadang dia malu-malu ngobrol bareng sama aku. Terkadang dia salting (salah tingkah) ketika melihat aku. Semua tingkahnya sama seperti tingkahku kepadanya.
Teman-teman selalu menghiburku pasca kejadian itu. Termenungku disekolahan semangatku tlah pudar. Tak ada lagi inspirasi dalam hidupku. Dia adalah laki-laki terhebat. Tiba-tiba hpku berbunyi ada satu SMS yang takku sangka-sangka datangnya dari dia yang berisi: “Veli maafin Mas Fahri buat kamu marah dan sudah buat kamu kecewa kamu aku angap sebagai adikku yang terbaik selama hidupku.” Tak lama kemudian air mataku menetes seiring ku baca kalimat yang terakhir darinya yang berisi “Dulu memang pernah aku sayang sama kamu tapi aku fikir itu adalah sayang dengan adik aku sendiri.” Kata-kata itu yang mengakhiri SMS darinya.
Aku menangis tiada henti. Aku tak kuasa menahan rasa ini. Tiba-tiba datang seorang murid laki-laki yang memangilku dengan bahasa isyarat dan tiba-tiba mengusir ku dari tempat yang aku duduki. Aku binggung kenapa aku tidak boleh duduk disitu olehnya. Aku berdiri dan bertanya apa yang salah dengan ku. Dengan wajah groginya dia tersenyum dan salah tingkah melihatku. Aku mendekat dia bilang tidak ada apa-apa dan menyuruh aku untuk duduk ditempat itu lagi. Dengan muka binggung aku penasaran dengan sikapnya kepadaku. Selama ini jarang ada laki-laki yang berani mengganggu aku atau ngerjain aku disekolah. Entah kenapa banyak anak laki-laki yang takut mendekatiku. Atau mungkin takut dengan teman-teman ku yang kebanyakan anak laki-laki yang terkenal dengan kebandelannya dan lebih berkuasa di sekolah bisa dikatakan gangster disekolah. Mereka selalu melindungiku dari gangguan anak laki-laki yang ingin mengodaku. Dengan wajah sebal aku pergi dari tempat itu. Tapi dia tersenyum memandangku seakan ingin menertawakanku.
Seminggu setelah kejadian itu aku belum bisa melupakan semua kekecewaan dalam hatiku. Keluargaku dan keluarganya sudah saling kenal. Banyak sanak saudaraku yang senang tiasa menjodoh-jodohkan ku dengannya. Sudah lama aku tidak pulang ketempat asalku di Semarang. Pagi sehari setelah aku pulang ibu dari Mas Fahri datang kerumah untuk sekedar bersilahturahmi. Ibunya Fahri sangat sayang sekali denganku maklum dia tidak mempunyai anak perempuan. Akupun sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri.
“Mbak Veli bagaimana kabarnya?” Tanyanya sambil mencium pipiku.
“Baik-baik saja bu, ibu gimana kabarnya? Kalo bapak?” Jawabku lirih.
“Alhamdulilah semua baik-baik saja, kamu kenapa Vel? Kelihatannya kamu sakit?” Tanyanya sambil memegang kepalaku.
“Cuma sakit kepala .“ Jawabku  menutupi kekesalan dalam hatiku.
Memang seperti ini keadaanku ketika aku kecewa kepada orang. Badanku yang ringkih tidak bisa menahan perasaanku yang galau.
“Kemarin Mas Fahri mengajak seorang wanita cantik kerumah untuk dikenalkan kepada ibu, kamu sudah tau Vel? Orangnya cantik dan sangat sopan.” Tanyanya dengan nada tidak enak hati.
“ya,…. Permisi bu aku mau ngerjain tugas sekolahku dulu ya…” Jawabku sembari mengakhiri pembicaraan.
Masuku kedalam kamar dan menangis tersedu tak tertahan aku ingin berteriak keras-kerasnya. Aku sangat sebal dengan semua yang telah terjadi. Mengapa ada cinta jika semua itu membuat orang measakan luka. Teganya cinta. Tak biasa Fahri membawa teman wanita kerumahnya untuk dikenalkan kepada kedua orangtuanya. Itu pertanda dia memang benar-benar serius menjalani hubungan itu.
Pulang dari tempat asalku berlibur bersama keluarga yang sangat menyayangiku. Tetap saja hatiku terluka. Mengingat semua yang telah terjadi. Hari-hari sibuk seperti biasanya, tiba saatnya ulangan blok semester 2 yang sudah aku tunggu-tunggu. Aku ingin cepat-cepat lulus dari SMA. Aku ingin meneruskan kuliahku di Jakarta. Aku memang tak suka menetap di satu tempat saja. Keinginanku waktu kecil adalah bisa berkeliling dunia, entah kapan itu akan terwujud. Ulangan blok ini menjadi langkah awalku untuk bisa naik kekelas XII dengan nilai yang memuaskan. Aku menunggu guru pengawas tes datang membuka pintu tempat ualngan berlangsung. Tak sengaja mataku melihat laki-laki yang mengusirku kemarin dulu ketika aku menangis disekolah mengenang Fahri. Ternyata dia adalah murid kelas X. Takku sangka dengan wajahnya yang tidak muda lagi ternyata dia masih kecil. Dengan wajah manis tapi tidak begitu tampan sepertinya aku tak asing lagi dengan wajah itu seolah aku pernah melihat sebelumnya. Wajahnya begitu familiar di otakku. Atau mungkin wajahnya memang wajah pasaran. Aku mulai penasaran dengannya. Mengapa setiap aku dekati dia merasa salah tingkah. Karena lucu aku tersenyum malu melihatnya, mataku menatapnya seakan tak ingin berpaling melihatnya. Aku buat dia GR saja sikapnya masih seperti anak kecil saja.
Mengapa selalu saja dia melihatku mungkin dia mengenalku tapi seingatku aku tak pernah sama sekali mengenalnya. Tapi memang dia tak asing lagi bagiku. Tapi mana mungkin aku kenal, aku tak punya kenalan anak kelas X. Wajahnya memang tak begitu tampan tapi buat aku penasaran. Sesaat aku teringat dengan Fahri sejenak aku terbesit untuk membalasnya dengan cara menunjukkan bahwa aku bisa melupakannya dan menjalin cinta dengan pria yang lain. Tak sengaja laki-laki itu lewat didepan ku. Aku pandangi terus wajahnya, dia mulai membalas menatap mataku. Dia terlihat sangat grogi melihat ku. Dia memang buat aku penasaran. Ku dekati dia sambil melihat nama yang terpasang diseragam sekolahnya. Nino…. Nino tak terlalu jelas ku lihat namanya. Dia keburu lari ketika aku dekati. “Anak yang aneh” Ku berterika memnaggilnya.
Selesailah juga Ulangan Blok Akhir Semester saatnya tiba waktu bersenang-senang. Tak ada lagi beban, liburanpun tlah menanti. Sedih berpisah dengan teman-temanku. Liburan ku lewati di Semarang tanpa kesan yang membuat aku senang, semuanya berjalan biasa-biasa saja. Minggu kedua liburan takku kira Mas Fahri menelponku.
“Assalamualaikum Vel… kamu lagi apa?” Tanyanya dengan suara lembutnya yang sudah lama tak ku dengar.
“Walaikumsalam Mas, aku lagi tidurn aja dikamar gak da kerjaan, ada apa tumben telfon aku?” Tanya ku agak sebal tapi sedikit senang.
“Aku sudah di depan rumah.” Katanya  dan mematikan hpnya dan memotong pembicaraanku.
“Halo…Halo…” Berlariku membuka pintu.
“Hai…aku mau ngasih kamu undangan ini, aku harap kamu datang ke pesta tunangan ku.” Kata Fahri dengan suara terbata-bata.
“Hem,…. Iya Mas insyaallah aku datang.” Jawabku menahan tangis.
“Mmm,… terima kasih ya Vel…” Kata terakhirnya.
Terlihat sesosok wanita cantik membuka jendela kaca mobil Fahri. Dia bernama Bunga. Tersenyum kepadaku sambil melambaikan tangannya meninggalkan rumahku. Aku terpaku sejenak, aku tak ingin lihat dia bahagia. Aku tak mau Fahri bersamanya. Mengapa ada Bunga untuk Fahri? Mengapa ada cinta yang tak terbalas untukku? Tak kuasa ku tahan rasa tangisku. Rasa tak adil membuat hatiku digerogoti rasa ingin balas dendam.
Hari pertama berangkat sekolah lewati tanpa ada rasa semangat. Setelah memarkirkan motor di tempat parker, aku melihat Nino laki-laki yang sebulanan ini buat aku penasaran. Dia tiba-tiba lari mendahului aku dan mengunci pintu masuk sekolah. Dia memang aneh. Entah apa maksudnya. Itu menambah aku penasaran atas semua sikapnya. Dia tersenyum padaku. Memang orang yang aneh.
Aku naik kekelas XII. Kelasku ternyata dekat dengan kelasnya. Aku tak mengerti mengapa terlalu sering aku dipertemukan dengan dia. Aku tak mengerti maksudnya apa.
Aku berfikir seketika apakah ini orang yang tepat setelah ku menatap matanya. Orang yang akan aku jadikan pelarian untuk sekedar membuat Fahri sadar bahwa aku tak ingin lagi mencintainya. Ya dengan wajahnya yang memang tak bisa menandingi wajah Fahri yang tampan, tapi dia punya karisma. Dia bertubuh tinggi dibandingkan dengan Fahri, berkulit agak gelap, dan tubuhnya lebih kurus dari padanya. Memang sangat berbeda jauh dari Fahri. Tapi itu lah yang menarik perhatianku. Agar fahri tau kalau aku memang tidak suka dengan laki-laki seperti Fahri. Itu memang bertentangan dengan tipe cowok yang aku suka.
            Tak ragu-ragu aku mencuri-curi pandang. Aku menebar pesonaku didepan dia. Tak ragu-ragu ku mendekatinya. Aku mencari tau semua tentang dia lewat perantara teman-temanku. Ternyata dia anak Semarang juga dan dia adalah adik kelasku SMP. Tapi aku tak pernah mengenalinya. Ini benar-benar tak ku duga. Aku teringat kata papa ku dulu, dia pernah tanya tentang anak dari teman papaku yang juga bersekolah di sekolahku. Tapi itu semua tak pernah aku hiraukan. Dan aku terlalu cuek dengan itu semua.
            Tak ragu lagi aku memanggil dia. Dengan wajah groginya dia agak ragu-ragu aku dekati. Pertama-tama dia sangat tegang aku dekati. Enatah apa yang membuat dia seperti itu.
            “Kamu Nino ya? Kamu anak Semarang kan?” Tanyaku penasaran.
            “Ya, mbaknya juga?” Dengan logat Semarang yang khas dia jawab.
            “Iya, tau gak aku dulu kakak kelas kamu?”   
            “Masak si mbak?” Jawabnya tersipu malu.
            “Iya kamu gak tau to?”
            “Engak…mbak rumahnya mana kalo di Semarang?”
            “Ya nanti tak kasih tau deh….”
            “Ya dah mbak aku pulang dulu ya?” Katanya tergesa-gesa dengan wajah groginya.
            Memang benar-benar aneh anak ini. Sepertinya ingin mendekati tapi terlalu pasif. Dia sangat membinggungkan. Dan menambah aku penasaran. Tak lama kemudian dia meminta nomor hp ku. Dia mengirim sebuah pesan singkat tanpa kata. Dia mengirimkan SMS kosong entah apa maksudnya. Dia tanya semua tentang aku. Tapi lagi-lagi dia tak berdaya mendekatiku langsung. Entah apa yang dirasakannya. Selalu mengirim SMS kosong yang penuh dengan tanda tanya. Apa maksud tujuannya. Itu semua membuat aku tambah penasaran. Apa lagi dengan salam darinya yang disampaikan lewat teman-teman ku tiap harinya. Itu semua yang membuat aku selalu penasaran dengan sikapnya kepadaku. Aku mulai dekat dengannya. Mulai SMSan dengannya. Ya hanya itu yang aku bisa lakukan. Suatu ketika aku kaget dengan pernyataan salah satu temanku tentang ungkapan perasaan Nino kepada ku.
            “Velisia,… aku punya berita yang sangat bagus untuk kamu.”
            “Berita apa? Tentang apa?”
            “Nino ternyata suka kamu.”
            “Masak si, kamu tau dari mana?”
            “Aku tadi pagi SMSan ma dia, dia bilang kalo dia suka ma kamu.”
Aku sangat kaget ternyata dia…dia… Aku sangat senang. Dia seolah beri harapan yang pasti untukku. Aku ingin membalasnya. Tanpa aku berfikir untuk membalas apa yang menjadi rencanaku sebelumnya, hanya untuk mencari pelampiasan kekesalanku pada Fahri. Nino datang dengan membawa cinta. Ku rasa gayung pun bersambut. Cinta tak dapat aku cegah hadirnya.
            Tiba saatnya aku jalan berdua dengannya. Memang tak ku rasa seperti saat ku jalan dengan Fahri. Tapi aku coba untuk merasa nyaman dengannya.
            “Untung ya ada teman-teman kamu yang nemuin kita dan kita bisa bertemu.” Katanya tanpa ragu lagi seperti waktu pertama dia bicara padaku.
            “Aku mau di ajak pergi ke mana ya?”
            “Kita lihat-lihat pemandangan yang bagus di Yogja, kamu mau jalan ke mana?”
            “Terserah kamu, kamu kan yang ajak aku?”
            “Ok,… kita liat pantai”
Dalam perjalanan kita berbincang tanpa henti. Kita bercanda berdua. Dalam pembicaraan dia tak pernah bertanya sesuatu yang serius tentang hubungan kita. Mungkin terlalu dini untuk dikatakan. Ini semua buat hariku begitu indah.
            Setelah aku jalan dengannya aku fakir ini tanda-tandanya dia suka dengan ku. Dia beri harapan untuk ku.
            Suatu saat temanku melihat dia jalan dengan cewek lain. Awalnya aku tak percaya. Tapi setelah ku Tanya, dia pun menyangkal dengan keras. Aku percaya dengan kata-katanya. Dia selalu menengok aku saat waktu istirahat tiba. Hari-hari terasa indah. Dia sejukan hari ku. Dia semangat hidupku yang baru. Mungkin posisi Fahri di hati ku dapat digantikan olehnya.
            “Halo…” Sebuah kata yang selalu dia ucapkan untuk menyapaku. Masih dengan wajahnya yang grogi. Senyum termanis ku yang slalu ku berikan kepadanya. Setiap waktu istirahat dia selalu mencariku, untuk sekedar melihat wajahku.
            Tak ada seminggu setelah itu berita buruk pun ku dengar. Dia akhirnya mengungkapkan yang sebenarnya kepada temanku. Dia tak tahan lagi dengan sikapnya yang selalu menjaga kelakuannya kepadaku. Aku tau semua kedok buruknya selama ini dia tlah banyak berbohong kepadaku. Dia pernah bilang dia tak punya kekasih, tapi nyatanya semuanya berbeda. Dia pernah bilang dia suka dengan ku. Dan nyatanya dia angap aku tiada berarti dalam hidupnya. Dia tlah angap aku hanya sebagai kakaknya saja selama ini. Aku hanya dijadikan pelariannya saja. Dia masih bersetatus sebagai pacar wanita lain. Dia punya masalah dengan pacarnya. Dan aku datang untuk buatnya merasa bahagia sejenak. Tidak hanya itu yang buatku kecewa mendengar cerita itu.
            “Vel,… yang lebih parahnya lagi…”
            “Apa….ada apa?? Apa yang terjadi?”
            “Pacarnya hamil…”
            “Apa… apa pacarnya hamil??”
            “ Ya pacarnya bukan dari siswa di SMA ini atau SMA lain, dia sudah bekerja, dan umurnya lebih tua dari dia, Nino binggung mau apa.” Ungkap Nia dengan suara pelan.
Tak ku sangka semua ini akan terjadi kepadaku. Luka  ini tergores lagi. Ingin ku menutup luka lama yang tergores dalam dan ingin ku tutup dengan cinta baru namun tak ku duga cinta baru lebih mengores luka dihati. Aku kecewa.
            Aku tidak percaya dengan semua yang Nino lakukan. Dia adalah laki-laki yang sangat tertutup. Aku tidak tau sifat aslinya. Selama ini aku telah terbutakan akan cinta. Aku tergoda dengan bibir manisnya.
            “Nia tolong sampaikan kepada dia kalau aku sudah tau apa yang terjadi.”
            “Baiklah Vel, ini semua demi kamu…”
Nia mengirim sebuah SMS untuk Nino yang berisi semua curahatan dari Nino telah Nia ceritakan kepada ku. Tak lama kemudian pesan singkat dari Nino terkirim ke hp Nia.
            “Aku dah gak percaya lagi sama kamu, aku gak akan pernah cerita lagi dengan kamu!!”
Mungkin dia sangat marah terlihat dari kalimat SMSnya.
            Aku gak tau apa yang harus aku lakukan. Aku sangat kecewa. Hati ku hancur sudah. Semuanya ku sesali. Tak lama kemudian tubuh lemah ku jatuh sakit. Ini akibat terlalu banyak berfikir. Dan tak lain berfikir atas semua kekecewaan ku dengannya. Aku ingin dia sadar akan rasa kecewa ku kepadanya.
            Ujian Nasional pun tlah ku lewati dan tinggal meunggu waktu pengumuman. Hari-hari yang mendebarkan itu ku lewati di jogja Sambil berkumpul dengan teman-teman ku. Karena tahun besok kita tak akan berkumpul seperti ini lagi. Tentang Nino aku ingin sekali melupakan bayangnya. Aku tak ingin mengingatnya lagi. Tak ada niatannya untuk mendekatiku lagi. Mungkin dia berfikir dia memang tak pantas untuk ku. Itu semua terlihat dari sorot matanya. Ku dengar kabar dia tlah memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan pacarnya dan ternyata yang benih yang ada didalam perut pacar Nino bukan benih dari Nino. Sebelum berpacaran dengan Nino cewek itu sudah hamil satu bulan. Aku tak tau lagi. Aku mendustai batinku sendiri. Aku masih ingin selalu memperhatikan Nino, walaupun iya tlah berlumur dosa. Tapi aku benar-benar kecewa. Dan masih kecewa.
            Lagi-lagi aku jatuh dan terluka. Aku merenung sendiri mengapa semua terjadi. Aku sangat kecewa. Sangat kecewa.
            “Mbak jangan melamun…bahaya??” kata seorang laki-laki berkulit putih dan berbadan agak gendut seperti Fahri.
            “Emang kenapa kalo melamun?? Kamu gak rugikan??”
            “Wah jumlah cewek cantik di dunia ini berkurang lagi kalo kamu terus-terus melamun.” Jawabnya dengan senyum
            “Mang yang lain kemana? Banyak cewek cantiknya pada kemana?”
            “Pada ke RSJ, sakit jiwa semua karena kebanyakan melamun hehehehehehe…..”
            “Kamu lucu hahahahaha….”
            “Kalo boleh tau kamu kenapa??”
            “Maaf ya, bukan urusan kamu!!!”
            “Wah cewek-cewek tadi yang stress tuh gara-gara gak mau curhat lho, dia punya masalah trus cuma di pendem sendiri.”
            “Iya…Iya aku cerita…”
Aku tak semudah ini akrab dengan orang yang baru dikenanl. Dia sepertinya orang baik-baik. Aku merasa nyaman bicara dengannya. Mengingatkan aku kepada Fahri. Mungkin karena umurnya yang dewasa. Dia seumuran Fahri. Dia kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di jogja. Dari siang hari sampai malam hari tak henti-hentinya kita bicara macam-macam hal yang menyenangkan. Seakan aku lupa dengan masalah ku yang baru saja aku alami. Dia sangat bijaksana dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari ku. Dia bernama Vino
            “Aku lupa aku harus segera pulang, udah malam.”
            “Aku antar.”
            “Tak usah repot-repot.”
            “Gak papa kok, rumah kamu emangnya dimana?”       
  “Daerah Sleman, emang kenapa?”
   “Aku pernah lihat kamu waktu kamu pulang ke Semarang.”
   “Kok kamu tau?”
   “Rumah kamu dekat dengan rumah aku di Semarang.”
   “Masak aku kok gak pernah tau?”
Aku mulai dekat dengannya. Sangat cepat sekali waktu berkenalan ku dengannya. Begitu akrab, nyaman, dan semua bebabku terasa ringan.
            Sebulan sudah aku jalan dengannya. Aku diajak kerumahnya. Aku malu dia bilang pada ku kalau aku akan di kenalkan kepada papa mamanya. Serius menjalin hubungan denganku. Setelah dia membuka gerbang rumahnya aku melihat motor milik Nino. Tak lama kemudian Nino membuka pintu. Dan…. Aku dan Nino….kita sama-sama kaget.
            “Nino…”
            “Velisa…”
            “Kalian sudah kenal?” Tanya Vino dengan heran.
            “Ya kak, dia kakak kelasku…” Jawab Nino terbata-bata
            “Kak, kalian?”
            “Ya Vel, Nino adikku.”
            “ Kebetulan sekali Nino tlah angap aku seperti kakaknya sendiri”. Jawabku dengan rasa kecewa yang mengingatkan ku peristiwa waktu lampau.
            “Bagus deh kalau gitu kalian sudah saling kenal, ini adalah calon kakak ipar kamu Nino”           
            “Apa kak, kakak ipar??” Tanya Nino kaget
            “Vino,… apaan sie kamu? Kamu aja belum bilang sama orangtua ku?”
            “ Kamu aku kenalin dengan orangtua ku dulu ya.”
Aku melihat ekspresi muka Nino yang kaget dan sedikit sebal. Aku tak tau apa arti semua ini. Kebetulan orangtua kita sudah saling kenal. Jadi mempermudah sekali hubungan kita. Tak ada halangan semuanya lancar-lancar saja.hubungan kita sudah berlangsung selama 7 bulan. Semuanya berjalan lancar dan kita berdua saling percaya satu sama lain.
            Aku tak tau apa kata hati Nino. Dia memang tertutup orangnya. Setiap ada acara keluarga dimana aku datang dia selalu ada ditengah-tengah Vino dan aku. Tersirat ekpresi kesalnya saat Vino bermersaan dengan ku. Seakan iri dengan kakaknya. Vino dan Nino memang berbeda jauh sifat maupun fisiknya. Aku pun tak percaya dengan semua yang terjadi. Ya ada persamaan kemiripan, mereka berdua sama-sama suka berantem dan buat masalah waktu sekolah.
            Waktunya tiba aku melanjutkan kuliah ku di Jakarta . Seminggu sebelumnya aku bertunangan dengan Vino. Acara dirancang dengan sederhana. Sebelum acara dimulai Nino datang ke rumahku untuk menjemputku. Di tengah-tengah perjalanan dia menepi dan mengatakan sebuah penyesalan kepada ku.
            “Aku menyesal Vel…aku suka kamu dari dulu, tapi aku memang tak pantas untuk kamu cintai dulu.”
“ Sesalmu tak ada arti lagi Nino, semuanya telah terjadi, aku sayang kamu hanya sebagai adik, seperti kamu angap aku sebagai kakak saja, aku sangat sayang dengan Vino aku merasakan nyaman dengannya. Aku tlah kau kecewakan dan kau sia-siakan.” Ucap ku memberi nasihat untuknya bak seorang kakak kepada adiknya.  
“Aku memang sudah dari dulu sayang kamu tapi aku fikir aku benar-benar tidak pantas untuk kamu.”
“Itu semua sudah terlambat, tapi bukan itu caranya Nino, aku tau apa yang kamu rasakan dulu, aku tau, biarkan aku hidup bahagia dengan kakak kamu. Biarkan semua menjadi kenangan dua hati yang tak pernah menyatu.”
“Ya mungkin kakak memang orang yang terbaik untuk kamu.”
Aku sangat terharu mendengarnya. Tak kusangka Nino membendung air matanya. Sampai digedung yang telah di sewa. Nino diam tanpa kata dan tersenyum penuh seribu arti. Aku melangkah perlahan ku lihat pangeranku tlah menunggu ku di sana. Dia tersenyum manis. Inilah takdirku. Ini yang terbaik dalam hidupku. Inilah semangat hidupku yang benar-benar nyata adanya. Mencintai seseorang adalah anugrah terindah. Cinta itu indah. Cinta itu adil. Cinta itu tdak pernah salah. Cinta itu suci. Cinta bukan nafsu. Cinta bukan rasa ingin balas dendam. Cinta bukan rasa terpaksa. Cinta menerima apa adanya kekurangan. Cinta itu tulus. Cinta itu rasa ingin menjaga. Cinta kadang senang, sedih, kecewa, dan bahagia.

Senangnya punya pacar perhatian, tapi kok gak pengertian ya???

Kepinginnya pacar thu isa deket sama keluarga biar bisa di terima dalam keluarga, atau dengan kata lain dapat lampu hijau “di restui” ma keluarga. Tapi beda dengan kisah ini, keluarga khususnya orang tua dari awal gak setuju dengan hubungan aku dan dia. Karena suatu hal atau perinsip yang membuat sang pacar tidak di terima dalam keluarga ku, yaitu status social. Sebenarnya aku tidak terlahir dari keluarga yang hidup serba mewah, tapi di latar belakangi gengsi maka keluarga menuntut calon suami harus mapan atau dari keluarga yang terpandang. Tidak ada salahnya mempertimbangkan bibit,bebet,bobot dalam memilih pasangan hidup. Mana ada orang tua menginginkan anaknya hidup tidak berkecukupan di masa tua nya, pasti nya orang tua mengharapkan anaknya untuk hidup berkecukupan dan mendapat suami yang mempunyai tanggung jawab dan mapan financial. Tapi setelah melihat lelaki ini aneh rasanya, kenapa aku bisa luluh ya. Di lihat sekilas terlihat tak ada yang istimewa. Apalagi tidak bisa merebut hati orang tua ku. Orang tua ku tidak setuju dengan hubungan kami. Karena pekerjaannya yang tidak mapan dan berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Apakah dengan alasan itu kami tidak di setujui??? Pacar ku sepertinya juga merasa kecil hati dengan sikap keluarga ku ini. Dia menjadi minder ketika bersama keluarga ku. Sampai pada saat ayah ku jatuh sakit parah, pacar ku tak kunjung menjengguk. Dalam hati kecil aku memohon dia untuk datang menjengguk hanya sekedar memberi ku dukungan.  Tapi sayangnya dia tidak mempunyai niat untuk datang menjengguk. Mungkinkah dia kecewa dengan sikap ayah yang paling lantang tidak menyetujui hubungan ku dengan dia?? Yang membuat aku sangat kecewa adalah tidak adanya niat dari pacar ku itu untuk mendekatkan diri dengan keluarga ku.  Kapan hal ini akan berakhir? Dilematika yang sangat rumit ketika harus memilih mana yang terbaik untuk kita dan masa depan kita.