Selasa, 12 April 2011

Surat 2 : Al Baqoroh.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Bismi (dengan Nama). Ba adalah bahā-un (Kecantikan) Allah, bahjatun (Keindahan-Nya), balā-un (Cobaan-Nya), dan barakatun (Berkah-Nya). Ba juga mengawali Nama-Nya, Bārī’ (Yang Maha Menciptakan). Sin adalah sanā-un (Keagungan-Nya) dan sumuwwun (Keluhuran-Nya). Sin juga mengawali Nama-Nya, sa‘īdun, samī‘un (Yang Maha Memberi Harapan Baik, Yang Maha Mendengar). Mim adalah mulkun (Kerajaan-Nya), majdun (Kemulian-Nya), serta mannatun (Anugerah-Nya) yang dilimpahkan kepada hamba-hamba yang telah Dia Tunjukkan pada keimanan. Mim juga mengawali Nama-Nya, majīdun (Yang Maha Mulia).
Allāhi (Allah), berarti seluruh makhluk mempertuhankan-Nya. Seluruh makhluk tunduk kepada-Nya ketika membutuhkan (sesuatu) atau mendapat kesulitan.
Ar-rahmāni (Yang Maha Pengasih) kepada yang berbuat baik dan yang berbuat durhaka. Dia yang Memberi rezeki dan yang Menghindarkan mereka dari bahaya.
Ar-rahīmi (Yang Maha Penyayang), khusus kepada kaum Mukminin, berupa pemberian ampunan dan memasukkan mereka ke dalam surga. Artinya (Dialah) yang Menutupi dosa-dosa mereka di dunia, Menyayangi mereka di akhirat, serta Memasukkan mereka ke dalam surga.


Ayat
1
Arti
Alif Lām Mīm.**
------------------------------------------------------------------
**Beberapa surah dalam al-Quran dibuka dengan huruf abjad seperti Alif Lām Mīm,Alif Lām Rā, dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang Tahu. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk mengisyaratkan bahwa al-Quran itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad tersebut.
Tafsir
Alif lām mīm.
Alif lām mīm (alif lām mīm), alif adalah Allah; lam adalah Jibril; mim adalah Muhammad. Pendapat lain mengatakan:
a. Alif, adalah ālā-uhu (Nikmat-nikmat-Nya); lam, adalah luthfuhu (Kelembutan-Nya); mim, adalah mulkuhu (Kerajaan-Nya).
b. Alif merupakan huruf pertama dari Nama-Nya, allāh ; lam merupakan huruf pertama dari Nama-Nya, lathīfun (Yang Maha Lembut); dan mim merupakan huruf pertama dari Nama-Nya, majīdun (Yang Maha Mulia).
c. Alif lām mīm, adalah anallāhu a‘lam (Akulah Allah Yang Maha Mengetahui).
d. Alif lām mīm adalah sumpah yang Dipergunakan Allah Ta‘ala.
Ayat
2
Arti





Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,**
------------------------------------------------------------------
**Taqwa yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tafsir
Inilah al-Kitab (al-Quran), tidak ada keraguan di dalamnya, merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
Dzālikal kitābu lā raiba fīhi (inilah al-Kitab [al-Quran], tidak ada keraguan di dalamnya). Maksudnya, inilah al-Quran yang dibacakan Nabi Muhammad saw. kepada mereka. Tidak ada keraguan lagi bahwasanya al-Quran berasal dari-Ku. Jika kalian beriman, maka kalian akan Kuberi Hidayah (petunjuk). Namun jika kalian tidak beriman, maka akan Kuazab. Pendapat lain mengatakan:
a. Dzālikal kitābu, yakni Lauh Mahfuzh.
b. Dzālikal kitābu, yakni inilah al-Quran yang telah Kujanjikan kepadamu pada hari dijanjikan bahwa Aku akan Mewahyukannya kepadamu.
c. Dzālikal kitābu, yakni Taurat dan Injil, tak ada keraguan bahwa di dalam keduannya terdapat keterangan tentang Nabi Muhammad saw..
Hudal lil muttaqīn (merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa). Maksudnya, al-Quran merupakan penjelasan bagi orang-orang yang bertakwa, tentang kekafiran, kemusyirikan, dan keburukan. Pendapat lain mengatakan, hudal lil muttaqīn berarti kemuliaan bagi orang-orang yang beriman. Dan ada pula yang berpendapat, hudal lil muttaqīn bermakna rahmat bagi orang-orang yang bertakwa dan umat Nabi Muhammad saw..
Ayat
3
Arti
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan** sebagian rezeki yang kami Berikan kepada mereka,
------------------------------------------------------------------
**Pengertian menginfakkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Tafsir



















(Yaitu) Orang-orang yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami Berikan kepada mereka.
Alladzīna yu’minūna bil ghaibi ([yaitu] orang-orang yang beriman kepada yang gaib), yakni kepada hal-hal gaib, seperti: jin, neraka, shirāth, mizan, kebangkitan, hisab, dan lain-lain. Pendapat lain mengatakan, alladzīna yu’minūna bil . ghaibi , yakni orang-orang yang beriman pada apa yang Dia Turunkan, yaitu al-Quran, dan pada apa yang tidak Dia Turunkan. Dan ada pula yang mengatakan, al -ghaib adalah Allah swt..
Wa yuqīmūnash shalāta (dan mendirikan shalat), yakni menyempurnakan shalat lima waktu, baik wudu, rukuk, maupun sujudnya, dan apa saja yang ditentukan dalam shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.
Wa mimmā razaqnāhum yuηfiqūn (dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami Berikan kepada mereka), yakni mereka menyedekahkan sebagian harta yang telah Kami Berikan kepada mereka. Pendapat lain mengatakan, wa mimmā razaqnāhum yuηfiqūn (dan menunaikan zakat harta mereka). Mereka adalah Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman-temannya.
Ayat
4
Arti
dan mereka yang beriman kepada (al-Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau**, dan mereka yakin akan adanya akhirat.
---------------------------------------------------
**Yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw. ialah:Taurat, Zabur, Injil, dan suhuf-suhuf(lembaran-lembaran)yang tidak seperti Kitab.
Tafsir
Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa-apa yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka pun yakin terhadap akhirat.
Wal ladzīna yu’minūna bimā uηzila ilaika (dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu), yakni al-Quran.
Wa mā uηzila ming qablika (dan apa-apa yang telah diturunkan sebelummu), yakni kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi.
Wa bil ākhirati hum yūqinūn (serta mereka pun yakin terhadap akhirat), yakni mereka membenarkan adanya kebangkitan sesudah mati dan kenikmatan di dalam surga. Mereka adalah ‘Abdullah bin Salam dan teman-temannya.
Ayat
5
Arti
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan-nya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Tafsir
Mereka itulah yang tetap berada pada hidayah dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Ulā-ika (mereka itulah), yakni para pemilik sifat tersebut.
‘Alā hudam mir rabbihim (yang tetap berada pada hidayah dari Rabb mereka), yakni berada dalam kemuliaan, rahmat, dan penjelasan dari Rabb mereka.
Wa ulā-ika humul muflihūn (dan merekalah orang-orang yang beruntung), yakni orang-orang yang selamat dari murka dan azab. Pendapat lain mengatakan, merekalah orang-orang yang meraih apa yang mereka cari, serta selamat dari keburukan yang mereka jauhi. Mereka adalah pada shahabat Nabi Muhammad saw..
Ayat
6
Arti
Sesungguhnya orang-orang kafir,** sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
-----------------
**Kafir, jamaknya kuffār, yaitu orang yang tidak percaya kepada Allah, Rasul-rasul-Nya, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan hari Kiamat.
Tafsir
Sesungguhnya orang-orang kafir, bagi mereka sama saja, apakah mereka kamu beri peringatan atau mereka tidak kamu beri peringatan, mereka tetap tidak akan beriman.
Innal ladzīna kafarū (sesungguhnya orang-orang kafir) yang bersikukuh dalam kekufuran.
Sawā-un ‘alaihim (bagi mereka sama saja), yakni nasihat itu sama saja bagi mereka (tidak ada artinya).
A aηdzartahum (apakah mereka kamu beri peringatan), yakni apakah mereka kamu takut-takuti dengan al-Quran.
Am lam tuηdzirhum (atau mereka tidak kamu beri peringatan), yakni atau mereka tidak kamu takut-takuti.
Lā yu’minūn (mereka tetap tidak akan beriman), yakni mereka tidak akan mau beriman. Ada yang mengatakan bahwa menurut Ilmu Allah swt. mereka tidak akan beriman.
Ayat
7
Arti
Allah telah Mengunci hati dan pendengaran mereka,** penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.
--------------------------------------------------
**Sehingga nasihat atau hidayah tersebut tidak bisa masuk ke dalam hati mereka.
Tafsir
Allah telah Mengunci hati mereka, sedang pada pendengaran dan penglihatan mereka pun ada penutup. Dan bagi mereka itu azab yang besar.
Khatamallāhu ‘alā qulūbihim (Allah telah Mengunci hati mereka), yakni Allah swt. telah Menutup dan Menyegel hati mereka.
Wa ‘alā sam‘ihim wa ‘alā abshārihim ghisyāwatun (sedang pada pendengaran dan penglihatan mereka pun ada penutup).
Wa lahum ‘adzābun ‘azhīm (dan bagi mereka azab yang besar) lagi dahsyat di akhirat. Mereka adalah orang-orang Yahudi, yaitu: Ka‘b bin al-Asyraf, Hayy bin Akhthab, dan Jadd bin Akhthab. Menurut pendapat yang lain, mereka adalah orang-orang musyrikin Mekah, yaitu: ‘Utbah, Syaibah, dan al-Walid.
Ayat
8
Arti
Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Tafsir
Dan di antara orang-orang ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat”, padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman.
Wa minan nāsi may yaqūlu āmannā billāhi (dan di antara orang-orang ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah) secara terang-terangan, dan keimanan kami kepada Allah swt. dapat dipercaya.
Wa bil yaumil ākhiri (dan kepada hari akhirat”), yakni pada kebangkitan sesudah mati dimana terdapat pembalasan semua amal.
Wa mā hum bi mu’minīn (padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman) dan keimanan mereka tidak dapat dipercaya.
Ayat
9
Arti
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.
Tafsir















Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri, tetapi mereka tidak menyadari.
Yukhādi‘ūnal lāha (mereka hendak menipu Allah), yakni sebenarnya mereka mendurhakai Allah swt. dan mendustkan-Nya secara diam-diam. Pendapat lain mengatakan, mereka telah berbuat lancang kepada Allah swt. sampai-sampai mereka menyangka dapat menipu Allah swt..
Wal ladzīna āmanū (dan orang-orang beriman), yaitu Abu Bakr dan semua shahabat Rasulullah saw..
Wa mā yakhda‘ūna (padahal mereka hanya menipu) dan mendustakan.
Illā aηfusahum wā mā yasy‘urūn (diri sendiri, tetapi mereka tidak menyadari), yakni mereka tidak mengetahui bahwa Allah swt. telah Memberitahu Nabi-Nya ihwal keburukan hati mereka.
Ayat
10
Arti
Dalam hati mereka ada penyakit,** lalu Allah Menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
------------------------------------------------------------------
**Penyakit hati misalnya ragu dan tidak yakin akan kebenaran, munafik dan tidak beriman.
Tafsir
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah Tambah penyakitnya; dan bagi mereka azab yang pedih disebabkan mereka mendustakan.
Fī qulūbihim maradlun (dalam hati mereka ada penyakit) syak, munafik, durhaka, dan sesat.
Fa zāda humullāhu maradlan (lalu Allah Tambah penyakitnya), yakni syak, munafik, durhaka, dan sesat.
Wa lahum ‘adzābun alīmun (dan bagi mereka azab yang pedih) di akhirat, yang seluruh rasa sakitnya akan terpusat di dalam hati mereka.
Bimā kānū yakdzibūn (disebabkan mereka mendustakan) secara diam-diam. Mereka adalah orang-orang munafik, yaitu: ‘Abdullah bin Ubay, Jadd bin Qais, dan Mu‘tab bin Qusyair.
Ayat
11
Arti
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!”** Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
------------------------------------------------
**Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan mengakibatkan alam ini rusak bahkan hancur.
Tafsir
Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kemaslahatan.”
Wa idzā qīla lahum (dan bila dikatakan kepada mereka), yakni kepada orang-orang Yahudi.
Lā tufsidū fil ardli (“Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi”) dengan cara menghalang-halangi manusia dari agama Muhammad saw..
Qālū innamā nahnu mushlihūn (mereka menjawab, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kemaslahatan”) di muka bumi dengan melaksanakan ketaatan.
Ayat
12
Arti
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
Tafsir
Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
Alā innahum (ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah), yakni bahkan merekalah.
Humul mufsidūna (orang-orang yang berbuat kerusakan) di muka bumi dengan tindakan menghalang-halanginya itu.
Wa lākil lā yasy‘urūn (tetapi mereka tidak menyadari), yakni orang-orang awam tidak mengetahui kalau para pemimpin mereka telah menyesatkan mereka.
Ayat
13
Arti






Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!” Mereka menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu.
Tafsir
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, “Haruskah kami beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.
Wa idzā qīla lahum (dan apabila dikatakan kepada mereka), yakni kepada orang-orang Yahudi.
Āminū (“Berimanlah kalian) kepada Muhammad saw. dan al-Quran.
Kamā āmanan nāsu (sebagaimana orang-orang lain telah beriman”), yakni sebagaimana ‘Abdullah bin Salam dan teman-temannya (telah beriman).
Qālū a nu‘minu (mereka menjawab, “Haruskah kami beriman) kepada Muhammad saw. dan al-Quran.
Kamā āmanas sufahā-u (sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman”), yakni orang-orang yang bodoh lagi bebal itu.
Alā innahum (ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah), yakni bahkan sesungguhnya merekalah.
Humus sufahā-u (orang-orang yang bodoh), yakni orang-orang yang bodoh lagi bebal.
Wa lākil lā ya‘lamūn (tetapi mereka tidak mengetahui) hal itu.
Ayat
14
Arti
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”
Tafsir
























Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Namun apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami beserta kalian, kami hanya mengolok-olok.”
Wa idzā laqu (dan apabila mereka bertemu), yakni orang-orang munafik.
Al-ladzīna āmanū (dengan orang-orang beriman), yakni dengan Abu Bakr dan teman-temannya.
Qālū āmannā (mereka mengatakan, “Kami telah beriman”) secara diam-diam (kepada Muhammad saw.) dan keimanan kami dapat dipercaya. Sebagaimana kalian beriman kepada Nabi Muhammad saw. secara diam-diam dan membenarkannya.
Wa idzā khalau ilā syayāthīnihim (namun apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka), yakni kepada tukang-tukang ramal dan para pemimpin mereka yang berjumlah lima orang, yaitu: Ka‘b bin al-Asyraf dari Medinah, Abu Burdah al-Aslami dari Bani Aslam, Ibnus Sauda’ dari Syam, ‘Abdud Dar dari suku Juhainah, dan ‘Auf bin ‘Amir dari Bani ‘Amir.
Qālū (mereka mengatakan) kepada para pemimpin mereka.
Innā ma‘akum (“Sesungguhnya kami beserta kalian), yakni seagama dengan kalian secara diam-diam.
Innamā nahnu mustahzi-ūn (kami hanya mengolok-olok”) Muhammad saw. dan para shahabatnya dengan mengucapkan lā ilāha illallāh (tidak ada tuhan selain Allah).
Ayat
15
Arti
Allah akan Memperolok-olokkan mereka dan Membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
Tafsir
Allah akan (Membalas) olok-olokan mereka dan Membiarkan mereka kebingungan dalam kesesatan mereka.
Allāhu yastahzi-u bihim (Allah akan [Membalas] olok-olokan mereka) di akhirat nanti. Allah swt. akan Membukakan pintu surga untuk mereka, tetapi segera menguncinya kembali sebelum mereka masuk.
Wa yamudduhum fī thughyānihim ya‘mahūn (dan membiarkan mereka kebingungan dalam kesesatan mereka), yakni membiarkan mereka dalam kekafiran dan kesesatan di dunia. Mereka hidup dalam keadaan bingung dan diliputi ketidakmengertian.
Ayat
16
Arti
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.
Tafsir
Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka tidaklah beruntung perdagangan mereka dan tidak pula mereka mendapat hidayah.
Ulā-ikal ladzīnasy tarawudl dlalālata bil hudā (mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan hidayah), yakni mereka lebih memilih kekafiran daripada keimanan dan menukar hidayah (petunjuk) dengan kesesatan.
Famā rabihat tijāratuhum (maka tidaklah beruntung perdagangan mereka), yakni mereka tidak memperoleh keuntungan dari perdagangan mereka, bahkan mereka merugi.
Wa mā kānū muhtadīn (dan tidaklah mereka mendapat hidayah) akibat kesesatannya itu.
Ayat
17
Arti
Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah Melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Tafsir
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. Setelah api itu menerangi sekitarnya, Allah Menghilangkan cahaya (yang menerangi) mereka dan Membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Matsaluhum (perumpamaan mereka), yakni perumpamaan orang-orang munafik.
Ka matsalil ladzistauqada nāran (adalah seperti orang yang menyalakan api), yakni menyalakan api dalam kegelapan agar dapat memberi rasa aman kepada keluarga, harta, dan dirinya.
Fa lammā adlā-at mā haulahū (setelah api itu menerangi sekitarnya), yakni ketika api itu telah menyala hingga dia dapat melihat sekelilingnya dan merasa aman atas diri, keluarga, dan hartanya, api itu pun padam kembali. Demikianlah keadaan orang-orang munafik. Mereka pura-pura beriman kepada Nabi Muhammad saw. dan al-Quran, dengan tujuan agar merasa aman atas diri, jiwa, dan harta mereka. Namun, ketika mereka mati ….
Dzahabal lāhu bi nūrihim (Allah Menghilangkan cahaya [yang menerangi] mereka), yakni manfaat keimanan mereka.
Wa tarakahum fī zhulumātin (dan Membiarkan mereka dalam kegelapan), yakni dalam kesengsaran-kesengsaraan alam kubur.
Lā yubshirūn (tidak dapat melihat) adanya kelapangan sesudah itu. Pendapat lain mengatakan, perumpamaan mereka, yakni perumpamaan orang-orang Yahudi dengan Nabi Muhammad saw., bagaikan seseorang yang menancapkan bendera ketika mengalami kekalahan. Lalu datanglah para penakluk membalikkan bendera tersebut hingga hilanglah manfaatnya dan hilang pula rasa aman atas diri mereka. Seperti itulah orang-orang Yahudi. Dahulu, sebelum Nabi Muhammad saw. datang, mereka selalu memohon pertolongan atas nama beliau dan al-Quran, namun setelah beliau datang, mereka malah mengingkarinya. Hingga akhirnya Allah swt. Menghilangkan cahaya (yang menerangi) mereka, keinginan mereka untuk beriman, dan manfaat keimanan mereka. Semua itu merupakan akibat dari sikap mereka yang hendak beriman kepada Nabi Muhammad saw., tetapi mereka membatalkannya. Karenanya Allah swt. Membiarkan mereka berada dalam kegelapan agama Yahudi dan tidak dapat melihat hidayah.
Ayat
18
Arti
Mereka tuli, bisu, dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali
Tafsir
(Mereka itu) tuli, bisu, dan buta. Oleh karenanya, mereka tidak dapat kembali.
Shummun ([mereka itu] tuli), yakni pura-pura tuli.
Bukmun (bisu), yakni pura-pura bisu.
‘Umyun (buta), yakni pura-pura buta.
Fa hum lā yarji‘ūn (oleh karenanya, mereka tidak dapat kembali) dari kekafiran dan kesesatan mereka.
Ayat
19
Arti

Tafsir

Ayat
20
Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir

Ayat

Arti

Tafsir